Saturday, December 18, 2010

tajwid

BAB I
PENDAHULUAN
Huruf Hamzah merupakan satu fenomena di tengah masyarakat kita yang pada umumnya masih diangap sama dengan Alif; padahal keduanya memiliki perbedaan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek; baik aspek penulisan, fungsi, maupun bentuk. Ketika melihat dan membaca Qasidah Burdah ini, penulis banyak mendapati huruf Hamzah di dalamnya, bahkan hampir dapat dipastikan kalau pada setiap baitnya terdapat huruf Hamzah. Qasidah Burdah merupakan kumpulan syair yang berisi Salawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang disusun oleh Imam al -Busiri. Di dalamnya juga banyak mengandung pesan moral. Qasidah burdah ini terdiri dari 167 bait. Imam al-Busiri adalah seorang pujangga sekaligus ulama dan salah seorang tokoh tasawuf yang masyhur pada zamannya. Ia memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad Syarafuddin bin Hammad ad-Dalhasiy al-Busiri, dilahirkan pada awal Bulan Syawal 608 H


BAB II
JENIS HAMZAH
A. Jenis-Jenis Hamzah
Hamzah yang terdapat di dalam al-Quran terbahagi kepada dua bahagian iaitu Hamzah Wasal dan Hamzah Qat'ie.
1. Hamzah Qat'ie( همزة القطع ).
Hamzah ini tetap disebut pada permulaan bacaan, pada ketika bacaan sambung dan pada tulisan. Hamzah ini dinamakan dengan Hamzah Qat'ie ialah kerana ia memutuskan beberapa huruf dari huruf yang lain ketika membacanya. Hamzah Qat'ie terletak pada awal kalimah, pada pertengahan kalimah atau pada akhir kalimah. Ia juga terletak pada kata nama (isim), kata kerja (fe'el) dan sendi nama (harf). Hukumnya ialah ia perlu disebut ketika membacanya.
2. Hamzah Wasal( همزة الوصل ).
Ia disebut pada permulaan bacaan dan digugurkan sebutannya ketika dibaca secara sambung dengan huruf sebelumnya. Ia dinamakan demikian kerana disambung dengan huruf yang bertanda Sukun pada awal perkataan. Tanda Hamzah Wasal ialah terdapat huruf Sad di atas huruf Alif.[1]
a. Dibaca Fathah
Jika hamzah washal terletak di awal kata benda (isim ma’rifah) yang ditandai dengan alif-lam di awal bacaan, maka hamzah tersebut dibaca fathah
b. Dibaca Kasrah
Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf ketiganya berbaris kasrah atau terletak pada bentuk mashdar dari fi’il madli, maka hamzah tersebut dibaca kasrah. Hamzah washal yang terdapat di awal kata pada awal bacaan wajib dibaca kasrah.
c. Dibaca Dhammah
Jika hamzah washal terletak di awal kata kerja perintah (fi’il amr) yang huruf ketiganya berbaris damah, maka hamzah tersebut dibaca damah.
d. Tidak dibaca
Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak dibaca karena huruf sukun berikutnya berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan karena itu hamzah tersebut tidak dibaca pada saat disambung. Hamzah Washal, dibaca fathah, kasrah atau damah jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal terletak di tengah-tengah kalimat, maka hamzah tersebut tidak dibaca sama sekali, karena penyebutannya ketika itu tidak ada urgensinya.
B. Cara Pelafalan Hamsah
Hamza merupakan salah satu dari tiga jenis vokal dalam Bahasa Arab (tanda vokal dijelaskan pada pelajaran sebelumnya). Hamza mungkin merupakan pokok bahasan yang paling rumit dalam tulisan Arab. Kami pikir Hamza memerlukan tutorial tersendiri (bahkan beberapa pengguna bahasa Arab asli terkadang salah dalam menggunakannya pada beberapa kasus).
Pertama, Hamza adalah pelafalan "A" seperti pada "Akh" (kata ini adalah kata yang sesuai yang pertama kali muncul di benak saya) kapan pun Hamza digunakan pada suatu kata, maka pengucapan kata tersebut harus dipotong pada Hamza dan suara "A" harus dilafalkan di manapun ia muncul.
Kata ini dilafalkan "Sa-al"(yang berarti "bertanya"), Ini berarti harus memotong kata tersebut menjadi dua bagian. Bagian sebelum Hamzah dan melafalkan bagian berikutnya sebagai sebuah kata baru.
Ada empat bentuk Hamzah yang penggunaannya ditentukan berdasarkan Tashkiil milik Hamzah itu sendiri dan "Tashkiil" dari huruf yang ada tepat sebelum "Hamza", (entah Tashkiil tersebut "Fat-ha", "Dhomma", "Kasra" atau "Sukuun").


BAB III
NUN MATI DAN TANEWIN
A. Jenis_jenis tanwin
Tanwin terbagi tiga macam yaitu:
  1. fathtain atau baris atas dobel ( اً ),
  2. dammatain atau dobel dhammah ( اٌ )
  3. kasratain atau baris bawah dobel ( اٍ ).
Tanwin sebenarnya juga mengandung huruf nun sehingga dalam Pelajaran Ilmu Tajwid, Nun mati dan Tanwin selalu di kaitkan. Contoh apabila kata basir (بَصِيْر) ditanwinkan dengan fathatain maka bacanya menjadi basiran (بَصِيْراً) .Contoh lain kata ilmi ( عِلْمِ) apabila ditanwinkan dengan dhammathain, maka dibaca ilmun (عٍلْمٌ) . dst.
1. Nun mati/tanwin dibaca mim (م)
Hal ini dinamakan Iqlab ( اِقْلاَب ) yakni apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan huruf Iqlab makan Nun/Tanwin tersebut diganti dengan huruf mim (م). Huruf Iqlab itu sendiri adalah huruf ba (ب), jadi apabila ada nun mati/tanwin bertemu dengan ba (ب), maka huruf N-nya digantikan dengan huruf M.
Contoh:
-minba'di (مِنْ بَعْدِ) dibaca menjadi mimba'di
-samiun bashirun ( سَمِيْعٌ بَصِرٌ ) dibaca samium bashirun .
2. Nun mati/tanwin dibaca ng
Hal ini dinamakan Ikhfa' ( اِخْفَاء ) yakni apababila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan salah satu huruf Ikhfa' maka huruf N-nya digantikan dengan huruf ng. Huruf ikhfa' itu sendiri ada 15 macam yaittu:
ص ذ ث ك ج ش ق س د ط ز ف ت ض ظ
Contoh:
-min qabeli ( مِنْ قَبْلِ ) dibaca ming qabeli
-min kum ( مِنْكُمْ ) dibaca ming kum
Ikhfa' dalam buku pelajaran Tajwid pada umumnya menjelaskan bahwa Ikhfa' itu artinya menyamarkan dan Ikhfa itu sendiri memang artinya samar. Dalam penjelasan Ilmu Tajwid bahwa apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan huruf Ikhfa' maka nun itu dibaca samar.
3. Nun mati/Tanwin dibaca Nun.
Nun mati/Tanwin seharusnya dijelaskan pada point pertama tapi untuk lebih memahami maka saya bahas pada point ini. Hal ini dinamakan Izhar Halki ( اِظْهَارْ ) yang artinya jelas dimana apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan salah satu huruf Izhar makan Nun mati/Tanwin tersebut dibaca jelas. Jelas disini maksudnya tidak mengalami perubahan bacaan yaitu Nun tetap dibaca N.
Munkin ada yang bertanya mengapa Izhar itu dimasukkan dalam Ilmu Tajwid padahal tidak perlu dijelaskan karena perubahannya tidak ada. Yah... Idzhar memang cara membaca tidak ada perubahan yakni Nun nati/Tanwin tetap dibaca dan tidak mengalami perubahan tapi ada hukum yang mengaturnya kapan hal ini terjadi. Dan hukum itulah yang menyebabkannya dimasukkan dalam penjelasan kitab. Hukum tersebut saya sudah jelaskan sebelumnya bahwa.
Adapun huruf Izhar halki itu ada 6 yaitu: ا ه ع ح غ خ
Contoh:
-Min ummatin ( مِنْ اُمةٍ ) tetap dibaca Min ummatin
-In huwa ( اِنْ هُُوَ ) tetap dibaca In huwa
Jadi cuma ada 6 huruf dalam hukum Nun mati dan Tanwin yang memungkinkan Nun tetap dibaca N.
4. Nun Mati/Tanwin dihilangkan
Hal ini dinamakan Idgam ( اِدْغَامْ ) yang artinya memasukkan. Hukum bacaannya yaitu, apabila ada Nun mati/Tanwin bertemu dengan huruf Idgam makan Nun mati/tanwin dihilangkan atau tidak dibaca lagi dan digantikan dengan huruf Idgam tersebut.
Hurufnya ada 6 macam yaitu:ي م ن و ل ر
Contoh;:
-minwaraihim ( مِنْ وَرائِهِم) dibaca wiwwaraihim
-minrabbihim ( مِنْ رَبِهِم ) dibaca mirrabbihhim
B. Idgam Bigunah & Idgam Bilagunnah
Idgam pada kategori Hukum Nun mati/Tanwin terbagi 2 macam yaitu Idgam Bigunnah dan Idgam bilagunnah.
*Idgam bigunnah ( اِدغَام بِغُنَه ) artinya memasukkan sambil mendengunkan. Idgam ini mengambil 4 huruf dari ke 6 huruf tersebut yaitu ( ي م ن و ). Cara mambacanya yaitu mendengunkan atau menggetarkan saat proses bacaan idgam berlangsung.
*Idgam Bilagunnah ( اِدغَام بِلاغُنَه ) hanya mengambil 2 haruf dari keenam huruf tersebut yaitu huruf ل dan ر. Cara membacanya yaitu tidak didengunkan atau tidak digetarkan pada saat Idgam berlangsung.


[1] http://ilmutajwid-rizky.blogspot.com/2009/08/jenis-hamzah.html

0 comments:

Post a Comment

Warning !! Silahkan Copy paste asal tetap mencantumkan URL/Link Blog sebagai sumbernya. Powered by Blogger.