Sunday, December 19, 2010

SEBAB-SEBAB MENDAPAT WARIS DAN TERHALANGNYA WARIS

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Mainan adalah salah satu benda yang paling disenangi oleh anak-anak dan bermain adalah aktivitas sosial yang dominan pada awal masa anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunaya diluar rumah ,bermain dengan teman –temannya adalah sesuatu yang adalah hal yang lebih menyenangkan daripada terlibat dengan aktivitas lain karena itu ,kebanyakan anak-anak dalam hubungan sosial dengan teman sebaya terjadi dalam bentuk permainan,jadi permainan adalah hal yang menyenangkan yang dilakukan semata-mata untuk aktivitas itu sendiri,bukan untuk suatu yang dihasilkan dari aktivitas tersebut..Hal ini karena bagi anak-anak proses melakukan sesuatu lebih menarik daripada hasil yang akan didapatkannya .

RUMUSAN MASALAH

TUJUAN PENULIS

Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah ilmu pendidikan

BAB II

Mainan sarana untuk belajar

Mainan adalah salah satu hal yang digemari anak-anak, bahkan anak-anak cenderung memetingkan mainan daripada makanan yang merupakan kebutuhan primer mereka. Seolah mainan merupakan fantasi bagi mereka dan media ekspresi untuk ide dan potensi dalam diri mereka. Melihat hal ini sangatlah penting bagi para orang tua untuk memilihkan mainan yang tepat bagi mereka karena jenis mainan akan berdampak pada anak itu sendiri. tersendiri Berbicara tentang anak-anak, tidak akan lepas dari yang namanya permainan. Mainan anak merupakan suatu kebutuhan bagi anak, meskipun bukan kebutuhan primer. Namun melalui mainan anak dapat memahami dan mengenal banyak hal seperti kreatifitas, membaca sampai dengan pengambilan keputusan.

Mainan akan mendorong stimulasi pikiran dan tingkah laku anak. Ketika anak melihat sesuatu seperti logo, gambar, saat itu juga anak sedang membaca. Masalah yang paling vital saat kita mendidik anak adalah jangan sampai memaksakan anak yang belum mampu secara intelektual untuk membaca dan menulis, karena dikhawatirkan dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi.

Perlu diingat, sebenarnya media apapun dapat menjadi mainan anak-anak. Sehingga para orang tua harus sadar dengan perkembangan anak. Adapun fungsi utama mainan selain sebagai sarana belajar adalah menyenangkan anak - anak tersebut. Oleh karena itu dalam memilih mainan anak perhatikan faktor keceriaan dan kesenangan. Jangan sampai anak dipilihkan mainan yang membuatnya sedih

Anak-anak pada usia dini perlu mendapatkan perhatian sungguh dari semua pihak. Anak pada usia dini sebagai usia dimana anak belum memasuki suatu lembaga pendidikan formal seperti SD dan biasanya mereka tetap tinggal di rumah atau mengikuti kegiatan dalam bentuk berbagai lembaga pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, taman kanak-kanak dan taman penitipan anak.

Ciri anak usia dini mengacu pada teori Piaget dapat dikatakan sebagai usia yang belum dapat dituntut untuk berpikir secara logis (tahapan operasional) yang ditandai dengan pemikiran seperti :

Berpikir secara konkrit, dimana kemampuan representasi simbolik yang memungkinkan seseorang untuk memikirkan hal abstrak (seperti cinta atau keadilan) belum dapat dipahaminya.

Realisme, yaitu kecenderungan yang kuat untuk menanggapi segala sesuatu sebagai hal yang riil atau nyata

Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya sendiri dan tidak mudah menerima penjelasan dari sisi lain

Kecenderungan untuk berpikir secara sederhana dan tidak mudah menerima sesuatu yang majemuk

Animisme yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua obyek di lingkungannya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang dimiliki anak

Sentrasi yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri hanya pada satu aspek dari suatu situasi

Anak usia dini dapat dikatakan memiliki imajinasi yang amat kaya dan imajinasi ini sering dikatakan sebagai awal munculnya bibit kreatifitas pada mereka

Pada usia dini anak masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan dalam segi termasuk otaknya. Otak merupakan pusat dari intelegensi pada anak. Koestler telah mengemukakan suatu teori tentang istilah belahan otak kiri dan kanan yang tugas dan fungsi, ciri dan responnya berbeda terhadap pengalaman belajar, meskipun tidak dalam arti mutlak. Respon kedua belahan otak ini tidak sama, dan menuntut pada pengalaman belajarnya.

Antara Otak Kanan dan Otak Kiri

Seorang anak secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut intelegensi yang bersumber dari otaknya. Kalau struktur otak telah ditentukan secara biologis, berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya.

Otak tersebut terdiri dari dua belahan otak (kiri dan kanan) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum. Kedua belahan otak tersebut berfungsi tugas dan responnya berbeda dan seharusnya tumbuh dalam keseimbangan.

Pada anak-anak usia dini, maka program yang dilakukan seharusnya adalah upaya memaksimalkan pengembangan otak kanan anak. Hal ini disebabkan bahwa belahan otak kanan lebih banyak berfungsi untuk mengutamakan respon yang terkait dengan persepsi holistik, imajinatif, kreatif dan bisosiatif. Hal ini berbeda dengan otak kiri yang lebih bertugas untuk menangkap persepsi kognitif serta berpikir secara linier, logis, teratur dan lateral. Biasanya fungsi otak kiri lebih pada bidang pengajaran yang verbalistis dengan menekankan pada segi hapalan dan persepsi kognitif saja.

Untuk itulah guna mengefektifkan otak kanan anak sejak usia dini maka diperlukan “experiental learning” (belajar berdasarkan pengalaman langsung) untuk anak-anak usia dini guna lebih mengefektifkan fungsi divergennya (dimana anak-anak dibiasakan untuk selalu memberikan ide dan alternatif yang tidak homogen). Hal ini akan berdampak pada anak yang kreatif, suka berpikir beda dan penuh ide.

Ciri-ciri Anak Yang Otak Kanannya Mempunyai Kemampuan Lebih

Ada beberapa ciri yang bisa dilihat pada anak usia dini yang dipercaya sebagai tanda-tanda positif untuk anak yang kreatif.

Kemampuan motorik yang lebih awal seperti kemampuan untuk berjalan, memanjat, memakai baju dan sepatu ataupun menyuapi diri sendiri

Anak mampu bicara dengan kalimat yang lengkap, kosa kata yang banyak, daya ingat yang baik dan menunjukkan keinginan yang kuat untuk belajar dan hasrat yang besar terhadap buku ataupun gambar-gambar

Membandingkan dengan anak yang lainnya. Biasanya akan terlihat dari kecenderungannya untuk menyukai permainan yang merangsang daya khayalnya

Adanya daya ingat yang baik, kemampuan coba-salah dan mempu menyenangi dirinya (bersibuk diri) dalam waktu yang cukup lama

Bagaimana kita dapat mengoptimalkan kemampuan otak kanan anak kita sejak usia dini diantaranya adalah degan memberikan mainan-mainan yang sekiranya mainan tadi bisa memicu tumbuhnya kreatifitas yang terpendam dalam diri anak seperti memberikan mainan alat musik,mengajarinaya mengambar atau yang lainnya yang dimana dari mainan tadi bisa menumbuhkan bakat .


Jenis-Jenis Permainan

Mainan yang mengeluarkan suara (alat musik)

Mainan anak yang mengeluarkan suara akan lebih menarik bagi anak karena terkesan unik,dan ini telah di teliti oleh Carl Orff (1895) seorang komponis dan pendidik dari Jerman dia meneliti bahwa alat musikOrff instrumen sebagai alat-alat musik adalah unik karena merupakan alat musik pukul yang bernada maupun tak bernada. Berdasarkan penelitian ternyata anak di usia dini lebih menyukai Orff instrumen karena alat musik tersebut bagi mereka merupakan suatu bentuk permainan yang memungkinkan mereka untuk bereksplorasi sejauh mungkin terhadap bunyi. Di Indonesia dapat ditemukan seperti angklung, kulintang, calung, kotekan, tambur atau gong. Anak juga dapat bereksplorasi musik dengan botol ditiup, dipukul, sapu, sikat, kentongan dan kertas digetarkan.

Melalui Gambar

Rhoda Kellog seorang peneliti dan pengarang buku “The Psychology of Children’s Art” dari Amerika Serikat yang menghimpun tidak kurang dari 1 juta gambar anak dari berbagai usia, tingkatan sosial dan kebangsaan di 31 negara dari 5 benua dalam jangka 20 tahun telah menghasilkan beberapa hasil analisanya.

Diungkapkannya bahwa setiap anak mulai awal pertumbuhannya (pada usia dini) biasanya memulai dengan periode coreng moreng (sobbling period) sampai akhirnya anak-anak mulai mengembangkan daya ciptanya. Bagi seorang anak menggambar merupakan bentuk permainan yang sebenarnya akan mengasah kemampuan otak kanannya.

Video Games

Dalam tiga puluh tahun terahir video games memiliki peran utama terhadap bagaimana orang-orang menghabiskan waktunya ,

Meskipun dalam dasarnya video games mengandung sesuatu yang berbau kekerasan namun banyak juga video games yang mngandung unsure-unsur intelektual seperti permainan pazzle ,tetris yang sudah sngat popular dimasyarakat . permainan ini menghadirkan tantangan yang memicu/menghadirkan tantangan dan teka –teki kepada yang bermain.banyak bermain mainan jenisini bias menjaga pikiran tetap aktif dan awas .maka tugas dari orang tua adalah memilihkan serta mengawasi dari video games yang bias maenimbulkan perilaku anak menjadi agresif selama perkembangan.

Karena dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang.

Bermain tentunya merupakan hal yang berbeda dengan belajar dan bekerja. Menurut Hughes (1999), seorang ahli perkembangan anak dalam bukunya Children, Play, and Development, mengatakan harus ada 5 (lima) unsur dalam suatu kegiatan yang disebut bermain. Kelima unsur tersebut adalah
• Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.
• Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak ada yang menyuruh ataupun memaksa.
• Menyenangkan dan dinikmati.
• Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.
• Dilakukan secara aktif dan sadar.

Diluar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak yang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan, kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapat disebut bermain.

Manfaat Bermain

Membaca uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin berpikir hal-hal tersebut di atas bisa didapatkan anak dengan cara belajar (study). Malah dengan belajar anak bisa pintar, kalau main terus-terusan anak tidak bisa pintar. Pendapat ini ada benarnya juga, terutama jika kepintaran hanya berhubungan dengan kemampuan akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan hanya sekedar membaca, menulis dan berhitung, dan juga kemampuan akademis bukan satu-satunya hal yang penting dan dibutuhkan. Ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya kemampuan berkomunikasi, memahami cara pandang orang lain dan bernegosiasi dengan orang. Hal-hal tersebut tidak bisa didapatkan hanya dengan belajar. Perasaan senang, menikmati, bebas memilih dan lepas dari segala beban karena tidak punya target, juga tidak bisa didapatkan dari kegiatan belajar.

Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orangtua akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat Permainan

0 comments:

Post a Comment

Warning !! Silahkan Copy paste asal tetap mencantumkan URL/Link Blog sebagai sumbernya. Powered by Blogger.