Allah SWT berfirman yg artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yg sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yg serendah-rendahnya kecuali orang-orang yg beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yg tiada putus-putusnya.” .
Paling kurang ada tiga tugas dan peran yg harus dimainkan oleh manusia dan sebagai seorang muslim kita bukan hanya harus mengetahuinya tetapi menjalankannya dalam kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dgn baik dan menyenangkan. Beribadah kepada Allah SWT Beribadah kepada Allah SWT merupakan tugas pokok bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan manusia sehingga apa pun yg dilakukan oleh manusia dan sebagai apa pun dia seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah SWT sebagaimana firman-Nya yg artinya “Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku.” .
Agar segala yg kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah SWT paling tidak ada tiga kriteria yg harus kita penuhi. Pertama lakukan segala sesuatu dgn niat yg ikhlas krn Allah SWT. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah SWT dan ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yg melaksanakan suatu amal krn meskipun apa yg harus dilaksanakannya itu berat ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yg berat apalagi amal yg memang sudah ringan. Sebaliknya tanpa keikhlasan amal yg ringan sekalipun akan terasa menjadi berat apalagi amal yg jelas-jelas berat utk dilaksanakan tentu akan menjadi amal yg terasa sangat berat utk mengamalkannya.
Kedua lakukan segala sesuatu dgn cara yg benar bukan membenarkan segala cara sebagaimana yg telah digariskan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dgn ketentuan Allah SWT maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yg membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yg menyenangkan. Ketiga adl lakukan segala sesuatu dgn tujuan mengharap ridha Allah SWT dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan yakni ridha-Nya. Bila ini yg terjadi maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya hal ini krn hambatan-hambatan itu seringkali terjadi krn manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yg justru bertentangan dgn ridha Allah SWT. Khalifah Allah di Muka Bumi Nilai-nilai dan segala ketentuan yg berasal dari Allah SWT harus ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini.
Untuk menegakkannya manusia diperankan oleh Allah SWT sebagai khalifah Allah di muka bumi ini utk menegakkan syariat-syariat-Nya Allah SWT berfirman yg artinya “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” . Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan ini merupakan perkara yg sangat mendasar utk bisa diterapkan. Tanpa kebenaran dan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia utk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya.
Allah SWT berfirman yg artinya “Hai Daud sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah di muka bumi maka berilah keputusan di antara manusia dgn adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu krn ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yg sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yg berat krn mereka melupakan hari perhitungan.” . Untuk bisa memperoleh kehidupan yg baik di dunia ini salah satu yg menjadi penopang utamanya adl penegakkan hukum secara adil sehingga siapa pun yg bersalah akan dikenai hukuman sesuai dgn tingkat kesalahannya karenanya hal ini merupakan sesuatu yg sangat ditekankan oleh Allah SWT kepada manusia sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yg artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yg berhak menerimanya dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya menetapkannya dgn adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yg sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” .
Mengingat keadilan begitu penting bagi upaya mewujudkan kehidupan yg baik keharusan berlaku adil tetap ditegakkan meskipun kepada orang yg kita benci sehingga jangan sampai krn kebencian kita kepadanya keadilan yg semestinya ia ni’mati tidak bisa mereka peroleh. Manakala keadilan bisa ditegakkan maka masyarakat yg bertakwa kepada Allah SWT cepat atau lambat akan terwujud.
Allah berfirman yg artinya “Hai orang-orang yg beriman hendaklah kamu jadi orang yg selalu menegakkan krn Allah menjadi saksi dgn adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu utk berlaku tidak adil. Berlaku adillah krn adil itu lbh dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yg kamu kerjakan.” . Membangun Peradaban Kehidupan dan martabat manusia sangat berbeda dgn binatang. Binatang tidak memiliki peradaban sehingga betapa rendah derajat binatang itu.
Adapun manusia dicipta oleh Allah SWT utk membangun dan menegakkan peradaban yg mulia karenanya Allah SWT menetapkan manusia sebagai pemakmur bumi ini. Allah berfirman yg artinya “Dia telah menciptakan kamu dari bumi dan menjadikan pemakmurnya.” . Untuk bisa membangun kehidupan yg beradab ada lima pondasi masyarakat beradab yg harus diwujudkan dan diperjuangan pelestariannya yaitu pertama nilai-nilai agama Islam yg datang dari Allah SWT kedua akal yg merupakan potensi besar utk berpikir dan merenungkan segala sesuatu. Ketiga harta yg harus dicari secara halal dan bukan menghalalkan segala cara.
Keempat kehormatan manusia dgn akhlaknya yg mulia yg harus dijaga dan dilestarikan. Dan kelima keturunan atau nasab manusia yg harus jelas sehingga dalam masalah hubungan seksual misalnya manusia tidak akan melakukannya kepada sembarang orang. Manakala manusia tidak mampu membangun peradaban sebagaimana yg telah digariskan oleh Allah SWT maka martabat manusia akan menjadi lbh rendah dari binatang hal ini krn manusia bukan hanya memiliki potensi fisik yg sempurna dibanding binatang juga manusia punya botensi berpikir dan mendapat bimbingan berupa wahyu dari Allah SWT yg diturunkan kepada para Nabi. Dalam kaitan kemungkinan manusia menjadi lbh rendah atau lbh sesat dari binatang bahkan binatang ternak dikemukakan oleh Allah SWT dalam firman-Nya yg artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan utk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya utk memahami dan mereka mempunyai mata tidak dipergunakannya utk melihat dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya utk mendengar . Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lbh sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yg lalai.” .
Kaum mislimin yg berbahagia!Dari keterangan di atas menjadi jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia sangat tergantung pada apakah ia bisa menjalankan tugas dan perannya dgn baik atau tidak bila tidak maka kemuliaannya sebagai manusia akan jatuh ke derajat yg serendah-rendah dan ia akan kembali kepada Allah dgn kehinaan yg sangat memalukan dan di akhirat ia menjadi hamba Allah yg mengalami kerugiaan yg tidak terbayangkan. Oleh Drs. H. Ahmad Yani Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
sumber file al_islam.ch
TUJUAN DAN FUNGSI HIDUP
Dari aspek sosiologi, hidup berkait erat dengan segala perbuatan manusia yang wujud dalam seluruh interaksi yang dilakukannya. Hidup berarti menyangkut seluruh aktivitas manusia dalam berbagai macam interaksinya satu sama lain. Tiada interaksi atau mengasingkan diri adalah ‘mati’.
Hidup dalam arti biologi, adalah syarat bagi adanya hidup dalam arti sosiologi. Tak akan ada hidup dalam pengertian sosiologi, kecuali dengan adanya hidup dalam pengertian biologi. Meskipun mungkin ada terdapat hidup dalam makna biologi, tetapi tak terdapat hidup secara sosiologi.
Memahami hakikat hidup adalah sangat fundamental. Kegagalan memahami hakikat hidup, akan membuat seseorang menjalani hidup bagaikan layang-layang terputus talinya atau bagaikan kapal berlayar tanpa nakhoda.
Hidup tanpa tujuan sama seperti naik taxi tanpa tujuan. Apa yang terjadi bila kita naik taxi tapi tidak punya tujuan? Ada 3 hal yang mungkin terjadi :
1. Sopir taxi marah-marah dan tidak mau membawa kita. Artinya kita tidak pergi ke mana-mana,tetap di tempat.
2. Sopir taxi mau membawa kita, kemudian bila argo yang harus kita bayar telah banyak. Kita akan dibawa ke tempat kita semula menghentikan taxi. Artinya kita menghabiskan banyak uang dan waktu, tapi kita tidak pergi ke mana-mana
3. Sopir taxi mau membawa kita dan bila argo yang harus kita bayar telah banyak, kita akan diturunkan disembarang tempat. Mungkin di tempat yang tidak kita kenal, atau mungkin di tempat yg kita benci. Artinya kita menghabiskan waktu dan uang banyak tapi kita sampai di tempat yang tidak kita kenal atau tempat yang kita benci
Kesimpulanya :
Ada 3 hal yang bisa terjadi bila kita hidup tanpa tujuan :
1. Hidup kita stagnan. Kita tetap seperti sekarang.
2. Kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikiran, tapi kita pun tidak ke mana-mana. Kita hidup tetap seperti sekarang,tidak berubah
3. Kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga, pikiran dan hidup kita berubah, tapi perubahan yang tidak kita inginkan atau bahkan berubah menjadi lebih buruk. Apa tujuan hidup kita? Segera tentukan tujuan hidup kita sebelum kita menghabiskan banyak uang, waktu, tenaga dan pikiran dengan percuma.
Bagaimanakah hakikat hidup seorang muslim?
Seorang wajib memahami hakikat hidupnya di dunia: Dari mana ia berasal, untuk apa hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidupnya, serta kemana setelah mati? Oleh karena ini akan menentukan corak atau gaya hidup seseorang.
Banyak pelajar muslim yang tidak memahami dan kehilangan makna hidup yang hakiki. Hanyut dengan gaya hidup sekuler, ada pula yang acuh tak acuh menjalani hidupnya. Allah SWT telah membekalkan potensi pada diri manusia, akal dan fitrah yang melekat sejak diciptakan oleh Allah. Allah telah memberikan panca-indera, sebagai unsur penting untuk proses berpikir.
‘Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu-ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.’ (QS An Nahl : 78)
Menggunakan potensi kehidupan akan memahami hakikat hidup manusia. Kegagalan memahami hakikat hidup, karena kelalaian dan keengganan menggunakan kurnianNya, sehingga arah dan orientasi hidup menjadi tidak jelas atau menyimpang dari jalan yang semestinya. Akhirnya, hawa nafsu atau setanlah yang dijadikan “tuhan”, yakni menjadi sumber penentu sikap dan tujuan hidupnya. Akan dicap oleh Allah SWT bagaikan binatang ternak, bahkan lebih rendah lagi daripada itu.
”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam banyak dari jin dan manusia. Mereka mempunyai akal, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tandakekuasaan Allah) , dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS Al A’raaf : 179)
Pertanyaan “Untuk apa manusia hidup? “Pertanyaan ini berkaitan dengan fakta bahwa manusia telah lahir dan wujud di dalam kehidupan dunia ini. Sehingga wajar bila dalam hatinya muncul pertanyaan mengenai untuk apa dia hidup dan bagaimana dia harus menjalani hidup.
Pertanyaaan “Kemana manusia pergi setelah mati nanti? “ adalah wajar, karena setiap manusia pasti akan berjumpa dengan kematian. Dalam hatinya pasti terbit pertanyaan apakah setelah kematian berarti segala sesuatunya juga akan berakhir, ataukah kematian itu merupakan suatu pintu untuk memasuki fase kehidupan yang baru selanjutnya. Pertanyaan ini berkaitan dengan hakikat apa yang ada setelah kehidupan dunia.
Pertanyaan lain adalah “Adakah hubungan antara apa yang ada sebelum kehidupan dunia dengan kehidupan dunia kini serta hubungan antara kehidupan dunia kini dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia. Jika ada, hubungan apakah itu?”
Menghadapi pertanyaan yang demikian, sikap manusia bervariasi. Ada yang lari atau tak acuh terhadap pertanyaan tersebut, sehingga akhirnya mereka menjalani hidup sambil lewat (tanpa makna, tanpa visi, tanpa misi, kosong).
Jawaban pertanyaan ‘Dari Mana Manusia Hidup?’
Terhadap pertanyaan ‘Dari manakah manusia, hidup, dan alam semesta berasal ?’, maka Islam memberikan jawaban bahwa ketiga hal tersebut diciptakan oleh Allah SWT. Jawaban ini diterangkan dalam banyak nash, di antaranya,
‘Hai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.’ (QS Al Baqarah : 21)
‘Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.’ (QS. Al Infithaar : 6-7)
‘Mengapa kalian kafir kepada Allah, padahal kalian tadinya mati lalu Allah menghidupkan kalian; kemudian Allah mematikan kalian dan menghidupkan kembali kalian, kemudian kepada-Nya-lah kalian dikembalikan?’ (QS Al Baqarah : 28)
Ayat-ayat di atas menegaskan dengan jelas bahwa asal manusia adalah diciptakan oleh Allah, bukan ada dengan sendirinya, atau tercipta semata-mata karena proses-proses alam, atau tercipta melalui evolusi dari organism lain yang lebih sederhana. Allah lah yang telah menciptakan manusia dan membuatnya hidup di dunia sampai batas waktu tertentu untuk kemudian nanti dikembalikan lagi kepada-Nya.
Jawaban pertanyaan ‘Untuk Apa Manusia Hidup?’
Terhadap pertanyaan ‘Untuk apa manusia hidup?’ Islam menjawab, bahwa manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Yaitu untuk mentaati Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Misi hidup manusia ini dijelaskan Allah:
‘Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah (beribadah) kepada-Ku.’ (QS Adz Dzariyaat : 56)
‘Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mereka beribadah (menyembah) Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama’ (QS Al Bayyinah : 5)
Ibadah menurut bahasa adalah taat (patuh, tunduk). Menurut istilah pula, memiliki dua arti: arti umum dan arti khusus. Secara umum adalah mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah. Secara khusus adalah ketaatan kepada hukum syara’ yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya, seperti shalat, zakat, haji, do’a, dan sebagainya.
Melaksanakan ibadah dalam makna umum secara konkrit merupakan misi hidup manusia di dunia menurut Islam. Inilah hakikat hidup manusia di dunia. Realitas ibadah terwujud ketika seorang muslim mengikat dirinya dengan hukum-hukum syara’ dalam hubungan dengan Tuhan, manusia lainnya dan dirinya sendiri.
Ketika seorang pelajar melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, atau membaca Al Qur`an disebut melaksanakan ibadah khusus. Tatkala dia belajar secara profesional dengan etika yang tinggi didukung keikhlasan dan sikap amanah, belajar bersungguh-sungguh, menepati janji, mengkaji ajaran Islam, prihatin keadaan kaum muslimin dan saudaranya yang lain, terlibat dalam kegiatan keislaman, bersabar tatkala mendapat musibah kegagalan, menjaga kesehatan dan kebersihan dan sebagainya disebut menjalani ibadah umum.
Sebaliknya, tatkala seseorang melalaikan tugas sebagai pelajar, melakukan, berbohong, berzina, melanggar peraturan sekolah, suka menyakiti orang lain dan sebagainya, dikatakan ia melakukan maksiat kepada Allah. Artinya ia lupa terhadap hakikat keberadaannya di dunia.
Jawaban pertanyaan ‘Kemana Manusia Pergi Setelah Mati Nanti?’
Manusia yang menuruti perintah Allah akan diberikan imbalan yang baik di akhirat nanti.
Manusia yang melakukan kejahatan atau maksiat akan dibalas di dalam neraka.
Fungsi Akhlak Dalam Kehidupan
Manusia tidak bisa hidup sendiri di atas dunia, satu sama lainnya saling membutuhkan hidup berdampingan secara wajar mulai dari rumah tangga, masyarakat, negara dan bangsa. Banyak kesamaan juga antara manusia, kesamaan keturunan, kesamaan kampung halaman, kesamaan profesi, kesamaan hobby, kesamaan idiologi, kesamaan organisasi, kesamaan etnis suku bangsa dan warna kulit begitu juga sebaliknya banyak perbedaan antara mereka.
Namun kesamaan dan perbedaan itu tidaklah mendapat penekanan dalam hidup bersama karena pada hakekatnya manusia itu bersaudara. Sebagaimana pesan Nabi saw ketika haji wada’: “Wahai seluruh manusia, sesungguhnya tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas non aran, tidak juga non arab atas orang arab, atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah, (yakni putih), tidak juga sebaliknya, kecuali dengan takwa. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa (HR al-Baihaqi, melalui Jubir ibn Abdillah).
Hadits di atas menjelaskan persamaan manusia di hadapan Allah, tidak ada perbedaan sama sekali, kecuali tingat ketaqwaan mereka. Untuk membuat harmonis hubungan sesame manusia ini perlu diaktualisasikan ajaran akhlak. Akhlak kepada sesame manusia, akhlak kepada Allah, dan akhlak kepada alam sekitarnya. Bagaimana akhlak yang baik ini dapat dijumpai dalam syariat hidup nabi, dan dijelaskan pula oleh al-Qur’an sebagai berikut:
Engkau (Muhammad) yang punya akhlak mulia itu. Sebagaimana yang diperintah Allah dalam al-Qur’an, yang belum disandang oleh siapapun sebelumnya. Padanya pebuh dengan sopan santun, kebaikan, keberanian, penyantunan, cerah, dan lain sebagainya.
Menurut riwayat Ahmad dan Muslim dan Abu Daud dan Nasa’i dari Aisyah: sesungguhnya Aisyah ditanya tentang akhlak nabi, maka dia menjawab: “Akhlak nabi adalah al-Qur’an.” Seperti yang disebut di atas. Dari hadis Nabi yang lain disebutkan tujuan beliau diutus adalah untuk memperbaiki akhlak manusia sebagai berikut: “sesungguhnya aku diutus untuk memperbaiki akhlak”. Dalam rangka kebaikan dunia, agama dan akhirat. Pernyataan yang lain yang disebut oleh Ibn Sam’any dan Ibn Mas’ud: “Allah telah mendidikku dengan sebaik-baik pendidikan”.
Hadis shahih yang diriwayatkan Anas bin Malik dalam kitab Bukhari dan Muslim, katanya: Kata Anas: saya bekerja dengan nabi selama 10 tahun, Rasulullah tak pernah mengatakan: “ah” dan tidak pula Rasulullah mengomentari tentang sesuatu yang aku kerjakan dengan pertanyaan “kenapa engkau kerjakan?, atau sesuatu yang tak kukerjakan: “kenapa tak engkau kerjakan?”. Diikhrajkan dari Ahmad dari Aisyah, kata Aisyah: Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun menampar pembantunya, isterinya, hanya saja dia berperang fisabilillah. Bila dia ditawari untuk memilih di antara dua masalah, dia akan memilih yang adil, yang lebih mudah, selama pilihan itu tidak berdosa. Apabila pilihan ini berdosa, maka ia jauh darinya. Dia tak marah kecuali kepada orang yang melanggar ketentuan Allah. Maka marahnya karena Allah SWT. Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat pada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia.
m. Quraish shihab, Tafsir al Misbah, Pesan Dan Kesan Keserasian Al Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2004), vol. 13, h. 261
Wahbah al-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, Bayrut, Darul Al Fikr, Al Mua’shir, 1990-1998, jilid 29-30 h. 46-47
FUNSI AKHLAK
Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam yaitu bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain Pendidikan Islam merupakan suatu bentuk kepribadian utama yakni kepribadian muslim. kepribadian yg memiliki nilai-nilai agama Islam memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dgn nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yg bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yg bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikan adl mewujudkan tujuan ajaran Allah (Djamaluddin 1999: 9).
Menurut Hasan Langgulung yg dikutip oleh Djamaluddin (1999) Pendidikan Islam ialah pendidikan yg memiliki empat macam fungsi yaitu :
- Menyiapkan generasi muda utk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yg akan datang. Peranan ini berkaitan erat dgn kelanjutan hidup masyarakat sendiri.
- Memindahkan ilmu pengetahuan yg bersangkutan dgn peranan-peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda.
- Memindahkan nilai-nilai yg bertujuan utk memilihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yg menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.
- Mendidik anak agar beramal di dunia ini utk memetik hasil di akhirat.
An-Naquib Al-Atas yg dikutip oleh Ali mengatakan pendidikan Islam ialah usaha yg dialakukan pendidik terhadap anak didik utk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat yg benar dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan akan tempat Tuhan yg tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaan (1999: 10 ).
Adapun Mukhtar Bukhari yg dikutip oleh Halim Soebahar mengatakan pendidikan Ialam adl seganap kegiatan yg dilakukan seseorang atau suatu lembaga utk menanamkan nilai-nilai Islam dalam diri sejumlah siswa dan keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yg mendasarkan program pendidikan atau pandangan dan nilai-nilai Islam (2002: 12).
Pendidikan Islam adl jenis pendidikan yg pendirian dan penyelenggaraan didorong oleh hasrat dan semangat cita-cita utk mengejewantahkan nilai-nilai Islam baik yg tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yg diselenggarakan (Soebahar 2002: 13).
Kendati dalam peta pemikiran Islam upaya menghubungkan Islam dgn pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan namun yg pasti relasi Islam dgn pendidikan bagaikan dua sisi mata uang mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yg sangat mendasar baik secara ontologis epistimologis maupun aksiologis.
Yang dimaksud dgn pendidikan Islam disini adl : pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yg dilakukan secara sadar dan terencana membantu peserta didik melalui pembinaan asuhan bimbingan dan pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan hidup demi keselamatan di dunia dan akherat. Kedua merupakan usaha yg sistimatis pragmatis dan metodologis dalam membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yg utama menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan pengembangan potensi anak didik utk diarahkan mengikuti jalan yg islami demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat.
Menurut Fadlil Al-Jamali yg dikutip oleh Muzayyin Arifin pendidikan Islam adl proses yg mengarahkan manusia kepada kehidupan yg baik dan mengangkat derajat kemanusiaan sesuai dgn kemampuan dasar (fitroh) dan kemampuan ajar (2003: 18).
Maka dgn demikian pendidikan Islam dari beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik dari aspek rohaniah jasmaniah dan juga harus berlangsung secara hirarkis. oleh krn itu pendidikan Islam merupakan suatu proses kematangan perkembangan atau pertumbuhan baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan transformatif dan inovatif.
Pendidikan islam sebagaimana rumusan diatas menurut Abd Halim Subahar ( 1992 : 64) memiliki beberapa prinsip yg membedakan dgn pendidikan lain Prinsip Pendidikan islam antara lain :
- Prinsip tauhid
- Prinsip Integrasi
- Prinsip Keseimbangan
- Prinsip persamaan
- Prinsip pendidikan seumur hidup dan
- Prinsip keutamaan.
Sedangkan tujuan pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Untuk membentuk akhlakul karimah.
- Membantu peserta didik dalam mengembangkan kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir pola laku dan sikap mental.
- Membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini sebagai abdulloh dan kholifatulloh.
Dengan demikian sesungguh pendidikan islam tak saja fokus pada education for the brain tetapi juga pada education for the heart. Dalam pandangan islam krn salah satu misi utama pendidikan islam adl dalam rangka membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir batin maka ia harus seimbang sebab bila ia hanya focus pada pengembangan kreatifiats rasional semata tanpa diimbangi oleh kecerdasan emosional maka manusia tak akan dapat menikmati nilai kemajuan itu sendiri bahkan yg terjadi adl demartabatisasi yg menyebabkan manusia kehilangan identitas dan mengalami kegersangan psikologis dia hanya meraksasa dalam tehnik tapi merayap dalam etik.
Demikian pula pendidikan islam mesti bersifat integralitik arti ia harus memandang manusia sebagai satu kesatuan utuh kesatuan jasmani rohani kesatuan intelektual emosional dan spiritual kesatuan pribadi dan sosial dan kesatuan dalam melangsungkan mempertahankan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya.
Dasar-Dasar Pendidikan Islam
Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan memerlukan satu landasan fundamental atau basik yg kuat. Adapaun dasar yg di maksud adl dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yg wajib bersandar pada landasan dasar sebagaimana yg akan dibahas dalam bagian berikut ini.
Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yg bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yg utuh paripurna atau syumun memerlukan suatu dasar yg kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tak lepas dari landasan yg terkait dgn sumber ajaran Islam yaitu :
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yg disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalam terkandung ajaran pokok yg dapat dikembangkan utk keperluan aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yg terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar yaitu yg berhubungan dgn masalah keimanan yg disebut aqidah dan yg berhubungan dgn amal disebut syari’ah. Oleh krn itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam sesuai dgn perubahan dan pembaharuan (Darajat 2000: 19).
As-Sunnah ialah perkataan perbuatan ataupun pengakuan rasul. Yang di maksud dgn pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yg diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an yg juga sama berisi pedoman utk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspek utk membina umat menjadi manusia seutuh atau muslim yg bertaqwa. Untuk itulah rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama.
Maka dari pada itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebab mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahami termasuk yg berkaitan dgn pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak utk segara ditampilkan yaitu :
- Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yg bersifat umum
- Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
Ijtihad
Ijtihad adl istilah para fuqoha yaitu berfikir dgn menggunakan seluruh ilmu yg dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam utk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yg ternyata belum ditegaskan hukum oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dgn demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Oleh krn itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yg sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yg diperlukan dalam kehidupan yg senantiasa berkembang. Ijtihad dalam bidang pendidikan sejalan dgn perkembangan zaman yg semakin maju bukan saja dibidang materi atau isi melainkan juga dibidang sistem.
Secara substansial ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yg diolah oleh akal yg sehat dari para ahli pendidikan Islam.
Maksud Allah menurunkan ayat kauniyah tersebut yaitu utk mempermudah pemahaman manusia terhadap lingkungan sekitar sehingga dapat mengakui kebesaran seperti yg terdapat dalam Al-Qur’an surat Ar- Ra’du ayat 3 yg berbunyi :
وهوالدي مد الارض وجعل فيها روسي وانهرا ومن كل الثمرت جعل فيها زوجين اثنين يغش اليل -النهارا ن في دلك لايت لقوم يتفكرون
Arti : “Dialah Tuhan yg mmembentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung sungai-sungai padanya. Dia menjadikan pada buah-buahan berpasang-pasangan. Allah jualah yg menutup malam kepada siang sesungguh pada yg demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yg berfikir” (Depag RI 1992: 368).
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa tiap orang berfikir harus mengakui kebesaran Allah dan hal ini relevan utk dijadikan dasar dalam pendidikan Islam.
Unsur-Unsur Pendidikan Islam
Dalam implementasi fungsi pendidikan Islam sangat memperhatikan aspek yg mendukung atau unsur yg turut mendukung terhadap tercapai tujuan dari pendidikan Islam. Adapun aspek atau unsur-unsur tersebut adl :
Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Fadlil Aljamali yg dikutip oleh Abdul Halim Soebahar sebagai berikut: Pertama mengenalkan manusia akan peran diantara sesama (makhluk) dan tanggung jawab pribadinya. Kedua mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawab dalam tata hidup bermasyarakat. Ketiga mengenalkan manusia akan alam ini dan mengajak mereka utk mengetahui hikmah diciptakan serta memberi kemungkinan utk mengambil manfaat dari alam tersebut. Keempat mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan memerintahkan beribadah kepada-Nya (2002: 19-20).
Tujuan pendidikan Islam adl tercapai pengajaran pengalaman pembiasaan penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Sedangkan menurut Zakiyah Dzarajat tujuan pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil dgn pola taqwa dapat mengalami perubahan bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Oleh krn itulah tujuan pendidikan Islam itu berlaku selama hidup utk menumbuhkan memupuk mengembangkan memelihara dan mempertahankan (2000: 31).
Hal yg sama pula tujuan pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah :
يايهاالدين امنوا اتقوا الله حق تقاته ولاتموتن الا وانتم مسلمون
Arinya: “Wahai orang-orang yg beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dgn sebenar-benar taqwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (QS. 3 Ali-Imron: 102).
Sedangkan menurut Ahmad D Marimba yg dikutip oleh Halim Soebahar menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adl terbentuk muslim. Dan menurut bahwa tujuan demikian identik dgn tujuan hidup tiap muslim. Adapun tujuan hidup seorang muslim adl menghamba kepada Allah yg berkaitan dgn firman Allah Surat Dzariat 56 yg berbunyi :
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
Artinya: “Dan aku (Allah) tak menjadikan jin dan manusia melainkan utk meyembah-Ku”.
Dan masih banyak beberapa deskripsi yg membahas tentang tujuan pendidikan Islam seperti konfrensi pendidikan di Islamabat tahun 1980 bahwa pendidikan harus merealisasikan cita-cita (idealitas) Islam yg mencakup pengembangan kepribadian muslim secara meyeluruh yg harmonis yg berdasarkan fisiologis dan psikologis maupun yg mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan secara berkeseimbangan sehingga terbentuklah muslim yg paripurna berjiwa tawakkal secara total kepada Allah sebagaimana firman Allah Surat Al-An’am Ayat 162:
قل ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العلمين
Artinya: “Katakanlah sesungguh sholatku ibadahku hidup dan matiku hanya bagi Allah tuhan semesta alam”. Imam Al-Ghazali mengatakan tujuan penddikan Islam adl utk mencapai kesempurnaan manusia yg mendekatkan diri kepada Allah dan bertujuan meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. (Langgulung 1990: 9).
Maka dari pada itu tujuan pendidikan Islam dirumuskan dalam nilai-nilai filosofis yg termuat dalam filsafat pendidikan Islam. Seperti hal dasar pendidikan maka tujuan pendidikan Islam juga identik dgn tujuan Islam itu sendiri. Sedanagkan Muhammad Umar Altomi Al-Zaibani yg dikutip oleh Djalaluddin mengatakan tujuan pendidikan Islam adl utk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai akhlak ul karimah. Tujuan ini sama dan sebangun dgn tujuan yg akan dicapai oleh misi kerasulann yaitu “membimbing manusia agar berakhlak mulia”. (2001: 90).
Maka dgn demikian tujuan pendidikan Islam yg berdasarkan deskripsi di atas ialah menanamkan makrifat (kesadaran) dalam diri manusia terhadap diri sendiri selaku hamba Allah kesadaran selaku anggota masyarakat yg harus meiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakat serta menanamkan kemampuan manusia utk menolak memanfaatkan alam sekitar sebagai ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadah kepada pencipta alam itu sendiri.
Telah kita ketahui bahwa dasar tujuan pendidikan ditiap-tiap negara itu tak selalu tetap sepanjang masa melainkan sering mengalami perubahan atau pergantian sesuai dgn perkembangan zaman. Perumbakan itu biasa akibat dari pertentangan pendirian atau ideologi yg ada di dalam masyarakat itu. Hal ini kerap kali terjadi lebih-lebih di negara yg belum stabil kehidupan politik krn mereka yg bertentangan itu sadar bahwa pendidikan memegang peranan penting sebagai generasi bangsa.
Sama hal dgn tujuan pendidikan di Indonesia juga selalu berubah-rubah dikarenakan kondisi dan situasi politik tak stabil. Hal ini dibuktikan mulai tahun 1946 sampai pada saat sekarang. Dengan demikian tujuan pendidikan itu tak berdiri sendiri melainkan dirumuskan atas dasar hidup bangsa dan cita-cita negara dimana pendidikan itu dilaksanakan. Sikap hidup itu dilandasi oleh norma-norma yg berlaku bagi semua warga negara.
Oleh krn itu sebelum seseorang melaksanakan tugas kependidikan terlebih dahulu harus memahami falsafah negara supaya norma yg melandasi hidup bernegara itu tercermin dari tindakan agar pendidikan yg diarahkan kepada pembentukan sikap posisi pada peserta didik hendak diperhitungkan pula bahwa manusia muda (peserta didik) itu tak hidup tersendiri di dunia ini. (Uhbiyati dkk2001:135-139)
Subjek Pendidikan.
Subjek pendidikan adl orang yg berkenaan langsung dgn proses pendidikan dalam hal ini pendidik dan peserta didik. Peserta didik yaitu pihak yg merupakan sabjek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan atau tindakan pendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah utk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yg dicita-citakan. Dalam PPRI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa yg dimaksud dgn peserta didik ialah anggota masyarakat yg berusaha menyumbangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yg tersedia pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu (PPRI 2005: 12)
Pendidik atau guru secara implisit ia telah merelakan diri dan memikul dan menerima sebagai tanggung jawab pendidikan yg terpikul dipundak pada oranag tua. (Dzarajat 2000: 39)
Maka dgn demikian subjek pendidikan Islam yaitu semua manusia yg berproses dalam dunia pendidikan baik formal informal maupunn nonformal yg sama-sama mempunyai tujuan demi pengembangan kepribadiannya. Sehingga menjadi insan yg mempunyai kesadaran penuh kepada sang pencipta.
Kurikulum dan Materi.
Hal penting yg perlu diketahui dalam proses belajar mengajar atau proses kependidikan dalam suatu lembaga adl kurikulum (Arifin 2003: 77).
Menurut Soedijarto yg dikutip Khoiron Rosyadi mengartikan kurikulum dgn lima tingkatan yaitu : Pertama sebagai serangkaian tujuan yg menggambarkan berbagai kemapuan (pengetahuan dan keterampilan) nilai dan sikap yg harus dikuasi dan dimiliki oleh peserta didik dari suatu satuan pendidikan; Kedua sebagai kerangka materi yg memberikan gambaran tentang bidang-bidang study yg harus dipelajari oleh peserta didik utk menguasai serangkaian kemampuan nilai dan sikap yg secara institusional harus dikuasi oleh peserta didik setelah selesai dgn pendidikannya; Ketiga diartikan sebagai garis besar materi dari suatu bidang study yg telah dipilih utk dijadikan objek belajar. Keempat adalah sebagai panduan dan buku pelajaran yg disusun utk menunjang terjadi proses belajar mengajar; Kelima adalah sebagai bentuk dan jenis kegiatan belajar mengajar yg dialami oleh para pelajar termasuk di dalam berbagai jenis bentuk dan frekuensi evaluasi yg digunakan sebagai bagian terpadu dari strategi belajar mengajar yg direncanakan utk dialami para pelajar. (2004:243-244)
Oleh karena itu kurikulum menggambarkan kegiatan belajar mengajar dalam suatu lembaga kependidikan tak hanya dijabarkan serangkai ilmu pengetahuan yg harus diajarkan pendidik kepada anak didik dan anak didik mempelajarinya. Tetapi juga segala kegiatan yg bersifat kependidikan yg dipandanag perlu krn mempunyai pengaruh terhadap anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Adapun pengertian kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin (suatu jarak yg harus ditempuh dalam pertandingan olahraga) kemudian yg dialihkan kedalam pengertian pendidikan menjadi suatu lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya. Dan secara termenologi adl menunjukkan tentang segala mata pelajaran yg dipelajarai dan juga semua pengalamam yg harus diperoleh serta semua kegiatan yg harus dilakukan anak.
Adapun yg dimaksud dgn materi yaitu bahan-bahan atau pengalaman belajar ilmu agama Islam yg disusun sedemikian rupa atau disampaikan kepada anak didik.(Uhbiyati 2003:14)
Materi dan kurikulum memiliki keterkaitan atau depadensi yg sangat erat mengingat meteri merupakan integral dari kurikulum dan pencapaian materi secara sistematis diatur dari kurikulum yg ada.
Metode Media dan Evaluasi.
Metode merupakan instrumen dan dipergunakan utk mencapai tujuan pendidikan atau alat yg mempunyai fungsi ganda yaitu yg bersifat polipragmatis dan monopragmatis. Oleh krn itu metode dalam pengertian litter lijk kata “metode” berasal dari bahasa grek yg terdiri dari meta yg berarti “melalui” dan hodos yg berarti “jalan”. Jadi metode berarti “jalan yg dilalui”. Maka secara umum metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu cara itu mungkin baik mungkin tak baik. atau metode juag dapat diartikan sebagai cara utk mempermudah pemberian pemahaman kepada anak didik mengenai bahan atau materi yg diajarkan. (Arifin 2003: 89)
Media menurut gerlach dan Eli sebagaimana dikutip Azhar Arsyad mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adl manusia materi atau kejadian yg membangun kondisi yg membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan atau sikap (1996: 1)
Jadi media merupakan sarana utk mempermudah pemberian pemahaman kepada peserta didik.
Evaluasi adl suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi utk menilai keputusan-keputusan yg dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran atau yg dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam adl merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yg bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spritual religius krn manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yg tak hanya bersikap religius melainkan juga berilmu dan berketarampilan yg sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya. (Arifin 2000: 238)
Dalam rangka menilai keberhasilan pendidikan evaluasi penting utk dilaksanakan krn sebagai pijakan dalam merumuskan program-program pendidikan yg akan datang.
Lingkungan
Lingkungan ialah sesuatu yg berada diluar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Lingkungan sendiri dibagi tiga macam yg keseluruhan mendukung terhadap proses implementasi pendidikan Islam misal masyarakat sekolah dan keluarga. Dalam arti yg luas lingkungan mencakup iklim dan geografis tempat tinggal adat istiadat pengetahuan pendidikan dan alam. Oleh krn itu dgn kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yg tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yg senantiasa berkembang. (Daradjat 2000: 63)
Jadi lingkungan mempunyai andil yg sangat signifikan dalam pembentukan sikap dan prilaku yg pada akhir akan membentuk sebuah kepribadian yg sempurna.
0 comments:
Post a Comment